Pemerintah Bidik Peningkatan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati
Kategori : Berita DMSI Posted : Senin, 27 Januari 2020

Bisnis/Abdullah Azzam

bisnis.com

27 Januari 2020

Oleh: Ni Putu Eka Wiratmini - Bisnis.com

https://ekonomi.bisnis.com/read/20200127/44/1194284/pemerintah-bidik-peningkatan-pemanfaatan-bahan-bakar-nabati

Pemerintah Bidik Peningkatan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati

 

Pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) untuk kepentingan domestik ditargetkan mencapai 17,4 juta kiloliter (kl) pada 2024.

Bisnis.com, JAKARTA - Pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) untuk kepentingan domestik ditargetkan mencapai 17,4 juta kiloliter (kl) pada 2024.

Pemanfaatan biofuel tersebut rencananya tidak hanya berasal dari biodiesel saja, tetapi juga bioetanol. Adapun realisasi pemanfaatan biofuel pada 2019 dengan masih diterapkan mandatori biodiesel 20% (B20) adalah sebanyak 6,3 juta kl.

Pada 2020, target pemanfaatan domestik adalah sebanyak 10 juta kl dan akan terus dinaikkan menjadi 10,2 juta kl pada 2021, 14,2 juta kl pada 2022, 14,6 juta kl pada 2023, dan 17,4 juta kl pada 2024.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan konsumsi solar Indonesia akan terus dikurangi dengan substitusi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dalam negeri. Pada 2019, Indonesia telah menerapkan biodiesel mandatori B20. Selanjutnya, mandatori ditargetkan terus naik menjadi B40 hingga B100.

"Kita tahun ini sudah laksanakan B30 Konsumsi solar bisa kita kurangi dengan substitusi program CPO kita," katanya dalam Rapat Kerja Komisi VII DPR RI dengan Kementerian ESDM, Senin (27/1/2020).

Direktur Bioenergi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Andrian Feby Misna mengatakan penerapan B40 diharapkan dapat mulai secepatnya. Saat ini, masih dilakukan uji coba sehingga penerapannya masih tergantung pada pengujian.

Menurutnya, bioetanol memiliki peluang untuk dikembangkan dalam waktu dekat. Salah satu pabrik pabrik etanol di Jawa Timur mampu memproduksi bioetanol dari molase. Rencananya, penerapan jenis biofuel tersebut adalah bioetanol dengan mandatori 2% (E2).

Namun, kendati pabrik di Jawa Timur sudah siap, sejumlah pengujian belum mampu dilakukan karena persoalan harga. Adapun harga bioetanol yang dinilai masih tinggi menjadi kendala dalam penerapan E2 tersebut.

Pemerintah masih mencari sejumlah cara agar ada pemberian insentif pada E2 sehingga harga di masyarakat bisa semakin murah.

 

Editor : Lucky Leonard

Bagikan

RELATED POST

Event

Pengunjung