Kinerja Ekspor Patut Dijaga
Kategori : Berita DMSI Posted : Senin, 18 September 2017

MICOM/VICKYG

mediaindonesia.com

18 September 2017

Penulis: Tesa Oktiana Surbakti

http://mediaindonesia.com/news/read/122973/kinerja-ekspor-patut-dijaga/2017-09-18

Kinerja Ekspor Patut Dijaga

BADAN Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis neraca perdagangan Indonesia per Agustus 2017 yang mengalami surplus US$1,72 miliar. Agar surplus berlanjut hingga akhir tahun, pemerintah tetap harus menjaga momentum. Salah satunya dengan memanfaatkan tren kenaikan harga komoditas.

“Cara menjaga surplus tetap tinggi ialah memanfaatkan momentum kenaikan harga komoditas secara maksimum,” ujar ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira saat dihubungi, Sabtu (16/9).

Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers Jumat (15/9) lalu memaparkan kinerja ekspor yang naik diindikasikan pengaruh kenaikan beberapa komoditas, terutama nonmigas seperti batu bara, minyak kelapa sawit (CPO), minyak kernel, tembaga, dan nikel.

Selain memanfaatkan naiknya harga sejumlah komoditas itu, kata Bhima, pemerintah harus mengurai kebijakan yang dapat menghambat iklim perdagangan dengan negara mitra dagang, baik terkait dengan tarif maupun nontarif. Dia memberi contoh langkah pemerintah India yang hendak menaikkan bea masuk terhadap komoditas minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dari Indonesia. Menurutnya, kebijakan itu berpotensi menghambat kinerja ekspor karena CPO merupakan bagian dari komoditas ekspor unggulan.

“Hal yang menghambat kinerja ekspor harus segera diselesaikan. Perluasan pasar alternatif ekspor seperti Rusia, Afrika Selatan, dan Timur Tengah, juga merupakan cara untuk meningkatkan kinerja ekspor,” imbuhnya.

Selain itu, Bhima menyarankan stabilitas nilai tukar rupiah dijaga sampai akhir tahun. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2017, pemerintah telah mematok nilai tukar rupiah di level Rp13.400 per dolar AS. Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Dodi Budi Waluyo mengatakan fundamen rupiah perlu dijaga untuk mempertahankan daya saing ekspor.

Menurutnya, saat ini level rupiah masih berada pada nilai fundamental dan belum membuat rugi eksportir. “Kita tidak punya target level tapi dalam operasional kita, kita terus jaga di suatu range tertentu,” ujarnya, Jumat lalu.

Selain menjaga stabilitas nilai tukar, kata Bhima, pemberian insentif bagi industri manufaktur yang berorientasi ekspor perlu dipertimbangkan agar laju pertumbuhan ekspor dari sektor nonmigas tetap tinggi.

 

Industri manufaktur

Kontribusi kinerja ekspor nonmigas terhadap struktur total ekspor Agustus 2017 mencapai 91,6%.

“Pemerintah perlu memberikan insentif bagi industri manufaktur berorientasi ekspor, khususnya pada periode November-Desember karena bertepatan dengan naiknya permintaan global menjelang Natal dan Tahun Baru,” kata Bhima.

Meski kinerja impor menurun, kontribusi impor dari golongan bahan baku dan penolong terbilang mendominasi dengan proporsi 74,65 % dari total impor Agustus 2017 sebesar US$13,49 miliar. Bhima menilai tingginya importasi bahan baku dan penolong menjadi sinyal pertumbuhan industri manufaktur. Namun, dia berharap industri manufaktur yang menggeliat memiliki orientasi ekspor sehingga kinerja ekspor nasional kian terdorong.

Sektor industri sendiri diproyeksikan tumbuh positif pada paruh akhir 2017 setelah sebelumnya tumbuh di bawah 4 % pada triwulan II. Dia pun berharap kinerja ekspor sebagai salah satu motor pertumbuhan ekonomi dapat mencapai target 4,7 % tahun ini. Begitu pula investasi melalui melalui pembentukan modal tetap bruto (PMTB) ditargetkan bertumbuh 5,4%. (E-2)

Tesa@mediaindonesia.com

Bagikan

RELATED POST

Event

Pengunjung