Khawatir Pasokan CPO, Saham Agrikultur Anjlok Pekan Lalu

cnnindonesia.com

20 Februari 2017

Oleh: Dinda Audriene , CNN Indonesiahttp://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170220072255-92-194602/khawatir-pasokan-cpo-saham-agrikultur-anjlok-pekan-lalu/

 

Khawatir Pasokan CPO, Saham Agrikultur Anjlok Pekan Lalu

Jakarta, CNN Indonesia -- Kekhawatiran kenaikan stok minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) di Malaysia dinilai menjadi penyebab utama anjloknya indeks saham sektor agrikultur sepanjang pekan lalu.


Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andi Wibowo Gunawan menjelaskan, pelaku pasar khawatir potensi kelebihan pasokan (over supply) terhadap CPO karena naiknya imbal hasil CPO di Malaysia.


Jika terjadi kelebihan pasokan, maka harga komoditas CPO yang tengah membaik akan kembali menurun.

"Memang, kontennya itu jika imbal hasil membaik maka ada potensi over supply. Ini yang krusial banget kemarin bahwa imbal hasil membaik di Malaysia," ungkap Andi kepada CNNIndonesia.com, Minggu (19/2).


Data Bursa Efek Indonesia (BEI) memperlihatkan, agrikultur menjadi sektor terlemah jika dibandingkan dengan tujuh sektor lainnya yang juga terkoreksi pada pekan lalu.


Indeks sektor agrikultur turun hingga 2,55 persen menjadi 1.865,265 dari pekan sebelumnya 1.914,068 atau naik tipis 0,09 persen.


Dengan demikian, beberapa emiten yang bergerak dalam bisnis perkebunan bergerak melemah sepanjang pekan lalu. Sentimen negatif ini terutama menyerang PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).


Jika dilihat pada penutupan akhir pekan lalu, saham Perusahaan Perkebunan London Sumatra turun hingga 2,81 persen ke level Rp1.555 per saham, sedangkan Astra Agro terkoreksi 2,4 persen ke level Rp15.225 per saham.


Namun jika diakumulusai sepanjang pekan, maka penurunan harga saham Perusahaan Perkebunan London Sumatra terbilang tipis yakni, 0,95 persen. Berbeda dengan Astra Agro yang cukup besar hingga 2,56 persen.


Meski begitu, kekhawatiran pelaku pasar ini terbilang berlebihan dan terlalu dini. Hal ini disebabkan, manajemen perusahaan perkebunan masih melakukan penghitungan estimasi banyaknya CPO yang dapat diproduksi pada tahun ini dengan kondisi cuaca yang ada.

"Kan pada akhir tahun 2015 lalu masih terkena el nino, kemarau. Lalu kan biasanya abis el nino itu la nina, jadi curah hujannya tinggi makanya emiten masih itung dulu berapa produksinya tahun ini," papar Andi.


Andi sendiri mengaku optimis jika pasokan CPO terbilang aman pada tahun ini. Bahkan, ia menaikan prediksi harga CPO tahun ini yang semula 2.750 ringgit per ton menjadi 2.950 ringgit per ton.


Menurutnya, produksi CPO pada semester I 2017 ini masih akan terganggu oleh curah hujan yang tinggi. Bila curah hujan tinggi, maka akan mengganggu logistik saat panen CPO.

Artinya, produksi CPO tidak akan maksimal dan jumlah pasokan CPO tidak akan berlebihan. Selain itu, Andi juga memprediksi mata uang dolar Amerika Serikat (AS) menguat sepanjang tahun ini.


"Kalau la nina, produksi juga enggak bisa improve. Terus kalau mata uang dolar AS naik, maka harga naik karena 80 persen-90 persen hasil CPO dieskpor. Jadi ada untungnya jika dolar AS menguat," pungkas Andi.



Potensi Rebound

Untuk pekan ini, Andi melihat adanya potensi bagi harga saham Perusahaan Perkebunan London Sumatra dan Astra Agro akan bangkit (rebound) karena penurunan yang terjadi pekan lalu sudah dinilai cukup dalam.


Selain itu, kedua emiten tersebut masih dinilai baik secara fundamental dan valuasi saham masih terbilang atraktif.

 

Untuk diketahui, harga saham Astra Agro pada penutupan akhir pekan lalu merupakan harga terendah Astra Agro sepanjang satu bulan terakhir. Sementara, harga saham terendah satu bulan terakhir Perusahaan Perkebunan London Sumatra terjadi pada 9 Februari lalu di level Rp1.545 per saham.


Adapun, jika dilihat sejak awal tahun, harga saham kedua emiten ini masih terbilang negatif. Otomatis, imbal hasil yang diterima pelaku pasar yang menempatkan dananya di kedua emiten juga negatif.


Untuk imbal hasil Perusahaan Perkebunan London Sumatra secara year to date (ytd) tercatat minus 10,88 persen, sedangkan imbal hasil Astra Agro minus 8,28 persen. (gir)

Bagikan

RELATED POST

Informasi Sawit Nasional dan Internasional (Pasar Global)


Kejutan Astra Agro

Informasi Sawit Nasional dan Internasional (Pasar Global)


Sempat Disetop, Kasus penggelapan Minyak Sawit Siap Disidangkan

Informasi Sawit Nasional dan Internasional (Pasar Global)


Tidak Dihadiri Dirut, Dewan Batalkan Hearing dengan Eampat Perusahaan Sawit

Event

Pengunjung